Mendengarkan Aktif: Cara Jitu ‘Ngobrol Nyambung’ Dengan Anak

wp-1527921629885.jpeg

Saat ngobrol dengan anak, sering kali kita bersitegang dengannya cuma karena gak nyambung. Anak mengutarakan sesuatu, tapi kita meresponnya kurang baik karena tidak mengerti. Ujung-ujungnya anak menjadi kesal, marah. Kalau sudah begitu, yeah apa daya, kita pun mati gaya. Nah lagi-lagi, kembali ke soal komunikasi yang harus diperbaiki. Sebagai orangtua kita memang dituntut untuk bisa terus menjalin komunikasi dengan anak seefektif mungkin. Mendengar, mendengar, mendengar! Sebenarnya itulah kunci dalam membangun proses komunikasi efektif. Tepatnya, mendengarkan aktif.

WHAT
So, apakah mendengarkan aktif itu? Kenapa harus ‘mendengarkan’ tapi ‘secara aktif’? Kok repot-repot amat sih? “Tidak semua anak pandai berbicara. Ada yang mudah ngomong atau menyampaikan sesuatu, sebaliknya ada yang butuh waktu khusus, nyaman untuk sekedar berbicara. Jadi pinter-pinternya kita untuk mendengarkan anak. Dan itu bisa dilakukan lewat teknik mendengarkan aktif,” begitu ujar Lisna Djaelani Albarqie, seorang konselor dan pegiat parenting. Jadi mendengarkan aktif adalah sebuah keterampilan, sama dengan keterampilan berbicara kepada anak. “Mendengarkan aktif berarti berempati, memerhatikan dan menyimak dengan seksama apa yang dikatakan oleh anak,” katanya lagi. Nah, lewat teknik ini diharapkan membantu orangtua untuk memahami perasaan sang anak.

WHEN
Mendengarkan aktif dalam berkomunikasi dengan anak melibatkan seluruh kemampuan kita, di antaranya panca indera. Sebab selain melihat, mendengar kita juga harus mampu merasakan apa yang dirasakan oleh anak. Mata, telinga dan hati ikut terlibat. Lalu kapan kita mulai mendengarkan aktif? Ya, saat anak sedang bermasalah dan menunjukkan emosinya yang kuat. Misalkan, ketika wajah anak terlihat bete atau anak tiba-tiba menangis. Untuk anak yang berumur kecil, misal di bawah 7 tahun, mungkin ia terlihat rewel, uring-uringan, tidak mau makan atau ngambek sekolah. Nah, semua contoh kondisi tersebut menyiratkan pasti ada sesuatu yang mengganggunya. Tapi bukan berarti teknik mendengarkan aktif hanya dilakukan pada saat anak bermasalah, lho. Dalam keadaan nyaman, enak, tidak ada drama atau horor di sana sini pun kita bisa mengaplikasikannya. Justru ketika sedang berada dalam posisi nyaman sentosa seperti itu, kita bisa leluasa mendengarkan anak secara aktif tanpa hambatan berarti.

20180602_130351_0001.png

HOW
Mendengarkan aktif bisa dilakukan lewat tahapan non-verbal dan verbal.
Pertama, kontak mata. Tapi sebelumnya sediakan dahulu waktu khusus untuk anak. Ini yang paling penting. Sebab bagaimana mungkin mendengarkan keluh kesah anak kalau kita tidak punya waktu? Tinggalkan pekerjaan lain, hampiri anak lalu tatap matanya. Pastikan anak juga menatap mata kita. Saat anak pulang sekolah dan kebetulan kita berada di rumah, sapalah ia. Meski kita sedang menyapu atau memasak, tinggalkan kerjaan ini sesaat, lalu hampiri ia dengan memberikan tangan untuk dicium olehnya, atau mengelus kepalanya.

Kedua, gunakan isyarat tubuh (body language). Selain mendekatkan tubuh kita kepada anak, jangan lupa kasih ekspresi wajah yang menenangkan anak. Jangan kasih mata melotot atau berkacak pinggang akibat perilakunya yang kurang menyenangkan. Berilah senyuman manis kita terlebih dahulu atau memeluknya hangat. Bagi anak kinestetik, pelukan awal sebelum pembiacaraan dimulai itu sungguh berarti.

Ketiga, menanggapinya secara verbal. Modal awal dalam mendengarkan aktif hanyalah mendengarkan, tidak lebih. Jadi kita terima dahulu apa yang ingin diungkapkan anak. Kita dengarkan dahulu curhat anak hingga tuntas. “Seperti seorang psikolog yang kerjanya mendengarkan klien berkeluh kesah, itulah sebenarnya tugas kita saat mendengarkan anak secara aktif,” tambah Lisna.

20180602_145002_0001.png

Kalaupun ingin berkomentar, jangan kasih komentar yang menghakimi. Misalkan, “Kan sudah Bunda bilang berulang kali, jangan begini-begitu….?”, “Tuh kan, bener apa kata Mama… kamu sih…?”. Hindari juga pertanyaan “Kenapa?”. Seperti, “Kenapa kamu nangis?”, “Kenapa kamu tadi enggak les?”. Bisa dipastikan anak yang sedang kesal, sedih akan bertambah bingung jika dikomentari demikian.

Ganti deh dengan ungkapan yang sifatnya melabelkan perasaan sang anak. Untuk itu kita harus mampu mengenali perasaannya, apakah ia sedang kesal, marah, senang. Misalnya, “Kakak sedang kesal ya?”, “Adik marah karena enggak kebagian kue?”. Dengan begitu, diharapkan dari mulutnya akan mengalir cerita tanpa beban. Tunjukkan juga kalau kita sangat perhatian atas apa yang dia ceritakan dan rasakan. Kalimat seperti ini lebih baik, “Oh, jadi begitu ya, kak… terus…” atau “Sepertinya kamu senang ya bermain dengan si Bejo”.

Jadi saat mendengarkan anak, tangkap dahulu emosinya. Pahaminya perasaannya yang mungkin sedang kembang kempis. Ibarat bermain bola, kita tangkap dahulu bolanya, lalu kita lempar lagi ke anak saat ia sudah siap menangkap kembali. Kita terima tiap-tiap curhatan, pesan anak hingga tuntas, baru kemudian kita boleh menanggapinya.

20180602_125438_0001.png

Memang waktu yang tepat untuk mendengarkan aktif adalah waktu lapang. Berkomunikasi dengan anak di waktu sempit, genting bahkan terburu-buru malah membuat pesan yang ingin disampaikan baik oleh anak atau kita tidak berjalan. Jadi carilah waktu yang enak untuk ngobrol dengannya. Tapi ingat, jangan dimulai dengan pertanyaan interogasi. Ngobrol-lah misalnya usai sholat berjama’ah atau setelah mandi sore. Atau kencan bersama anak sambil makan mie ayam dan es kepal Milo bareng, rasanya cukup menyenangkan yah. Yuk, kita sering-sering mendengarkan anak secara aktif! «amelrooz»

Pojok Jendela Sepoi, 31 Mei 2018

Diringkas dari diskusi Rabu Seru ala kelas parenting Synergy Parenting School, yakni komunitas ibu-ibu pembelajar dari murid-murid School of Universe yang SoUper aktif, rempong, heboh dan ngebet banget belajar untuk menjadi seorang ibu teladan dunia akhirat.

wp-1527924823256..jpeg

Yuk Semai Ilmu, Tebar Manfaat

 


2 thoughts on “Mendengarkan Aktif: Cara Jitu ‘Ngobrol Nyambung’ Dengan Anak

Leave a comment